Minggu, 16 Agustus 2015

Sejarah Ringkas Nagara Patani

Negeri Pattani mempunyai sejarah yang cukup lama, jauh lebih lama dari negeri-negeri di semenanjung Melayu seperti Malaka, Johor dan Selangor. Sejarah lama Pattani merujuk kepada kerajaan Melayu Tua pengaruh Hindu-India bernama Langkasuka.

Kawasan timur Langkasuka meliputi daerah pantai timur semenanjung, mulai dari Senggora, Pattani, Kelantan sampai ,Terengganu, termasuk juga kawasan utara negeri Kedah. Menurut catatan sejarah, Langkasuka itu terletak di daerah Pattani sekarang, sebagaimana yang dikatakan oleh seorang ahli antropologi di Prince of Songkla University, yang dikuatkan juga oleh sejarawan lain seperti Prof. Zainal Abidin Wahid, Mubin Shepard, Prof. Hall dan Prof. Wheatly. Tapi, persoalan berubahnya nama Langkasuka menjadi Pattani masih belum diketahui dengan pasti karena tidak ada catatan sejarah yang jelas mengenai hal itu. Mengikut hikayat Pattani pula, kerajaan Pattani berasal dari kerajaan Melayu yang berpusat di pedalaman dan sukar untuk didatangi oleh pedagang-pedagang. Sehingga raja Pattani ketika itu memindahkan pusat kerajaanya ke sebuah perkampungan nelayan yang akhirnya di beri nama "Pattani".

Karena letaknya yang strategis dari segi geografis, Pattani menjadi tumpuan para pedagang dari timur maupun barat, untuk singgah di sana sambil beristirahat ataupun berdagang. Sehingga Pattani menjadi pusat perdagangan ketika itu. Menurut ahli Antropologi, orang Pattani berasal dari suku Jawa-Melayu. Karena suku inilah yang pertama kali mendiami tanah Melayu. Kemudian berdatangan pedagang Arab dan India ke daerah Pattani. Masuknya Islam ke Pattani Sebagaimana kita ketahui, Islam masuk ke Asia Tenggara bukan dengan perang atau penaklukan, tapi melalui jalur dagang. Baik itu Indonesia, Malaysia, begitu juga Pattani (Thailand). Namun, kapan masuknya Islam ke Pattani tidak diketahui secara pasti. Tetapi, kalau melihat karya sastra sejarah dan merujuk kepada para sejarawan, maka dapat diperkirakan bahwa Pattani menjadi negeri Islam pada tahun 1457 M.

Masuknya Islam ke Pattani, juga seperti sebuah cerita khayalan atau dongeng. Tapi memang begitulah proses masuknya Islam ke sana. Sebagaimana dikisahkan dalam buku-buku sejarah. Dikisahkan waktu itu, Pattani dipimpin oleh seorang raja yang bernama Phya Tu Nakpa. Raja dikabarkan menderita sakit dan tidak kunjung sembuh. Dia mendengar, ada seorang tabibTabib tersebut mau mengobati sakit raja dengan syarat raja harus masuk Islam setelah sembuh dari sakitnya. Raja menyetujui syarat sang tabib dan berjanji untuk masuk Islam setelah sembuh.

Lalu sang tabib pun mengobati raja. Tetapi, setelah sembuh sang raja mengingkari janjinya. Dia tetap saja memeluk agamanya. Kemudian raja sakit kembali dan diobati kembali. Kejadian itu terulang sampai tiga kali. Pada yang ketiga kalinya raja menyerah dan insaf. Setelah sembuh dari sakitnya, raja bersama keluarga dan pembesar istana memeluk Islam. Pada akhirnya, raja pun mengganti namanya menjadi Sultan Ismail Shah. yang bisa mengobati sakitnya. Sejak itulah Islam mulai berkembang di Pattani dan ajaran Budha mulai ditinggalkan yang pada akhirnya hilang dari Pattani. Islam berkembang dengan pesat di Pattani tersebut. Dahulunya, Pattani bukanlah bagian dari Thailand (Siam), melainkan daerah Islam yang berkembang dan maju di Selatan Siam.

Sepeninggalnya, raja digantikan oleh putranya, Sultan Muzaffar Shah. Dia meneruskan dan memajukan negerinya. Tidak hanya itu, Sultan Muzaffar Shah juga melakukan lawatan ke negara tetangga, termasuk Siam. Tapi lawatan Sultan Muzzafar tidak di terima baik oleh Raja Siam. Karena kesombongan Raja Siam, yang menganggap dirinya lebih terhormat, membuat Sultan Pattani marah dan merasa direndahkan. Sehingga dia dan adiknya mengerahkan pasukan dan menyerang Siam yang ketika itu sedang diserang oleh Burma. Akhirnya, Siam jatuh ketangan Sultan Muzaffar saat itu juga. Tak lama kemudian, Raja Pattani meninggal dan digantikan oleh adiknya. Sepeninggal adiknya, tahta diturunkan kepada putra Sultan Ismail Shah, yang menimbulkan masalah pada kesultanan. Mulailah terjadi perpecahan di dalam istana yang melibatkan keluarga raja juga putera-putera selir beliau.

Puncak keemasan dan runtuhnya Pattani Pattani mencapai puncak keemasanya dizaman empat ratu yaitu; Ratu Hijau (1584-1616), Ratu Biru (1616-1624), Ratu Ungu (1624-1635), dan Ratu Kuning (1635-1651). Pada masa ratu-ratu tersebut, Pattani sangat makmur dan kaya raya. Kekuasaannya pun meluas sehingga terkenal dengan sebutan Negeri Pattani Besar. Kejayaan ini berlangsung selama 67 tahun. Ketika Ratu Kuning meninggal pada 1651, kejayaan Pattani berkurang dan terjadi kemerosotan secara politik, ekonomi dan militer. Negeri Pattani Besar meliputi; Kelantan, Terengganu, Pattani Awal, Senggora dan Pethalung, yang tadinya bersatu mulai memisahkan diri. Bersamaan dengan kemerosotan ini, Siam bangkit dan berhasil mengusir Burma dari seluruh negeri. Pattani ditaklukkan oleh Siam pada tahun 1785. Sejak saat itulah pattani berada di bawah pemerintahan Siam.

Pada tahun 1909, Pattani resmi menjadi bagian dari Siam, yang kemudian mengganti nama dengan Thailand sampai saat ini.

Kondisi terkini Pattani


Jatuhnya Pattani ke tangan Siam (Thailand) pada tahun 1785 dan diikuti dengan perjanjian bermaterai Inggris-Siam pada tahun 1909, menjadi awal bagi kesengsaraan orang Melayu Islam Pattani yang membawa kepada berakhirnya pemerintahan raja-raja Melayu Pattani. Para tahanan perang dibawa ke Bangkok dengan mengikat dan merantainya, kemudian dijadikan budak dan buruh kasar pemerintahan Siam (Thailand). Para tawanan dipaksa mengorek dan menggali batangan sungai yang menjadi nadi pergerakan ekonomi di tengah kota Bangkok sampai saat ini. Walau corak pemerintahan Thailand telah diganti, Pattani tidak pernah mendapat pembelaan dan layanan yang baik dan adil, mereka senantiasa menjadi mangsa kekejaman dan keganasan pemerintah Thailand. Sampai saat ini pun perasaan benci, dendam, buruk sangka dan memandang rendah terhadap Melayu Islam Pattani berketerusan dan menebal. Pattani diabaikan dari segi pembangunan maupun pendidikan. Pendidikan di sana tergantung kepada pakar yang bergelar "tok guru" dalam mengendalikan pembelajaran. 

Berbagai macam penindasan dan kesemena-menaan yang mereka alami, membuat mereka merasa tidak nyaman lagi berada di negeri mereka sendiri. Sehingga ada sebagian dari mereka yang hijrah untuk mencari sebuah ketenangan. Keselamatan di Pattani semakin hari semakin berkurang, bahkan memburuk, pembunuhan semakin banyak terjadi. Sebagaimana yang telah terjadi beberapa waktu lalu di sebuah kampung di Thailand Selatan. Satu pasukan masuk ke sebuah kampung dan menuju ke sebuah rumah, kemudian menembak kepala keluarga, di dalam rumah tersebut. Salah seorang anak perempuanya dapat menyelamatkan diri, namun yang satu lagi ditangkap dengan tidak ada perikemanusiaan lagi, dia dirogol dan di bunuh. Sedangkan si Ibu melarikan diri menuju rumah adiknya. Dia dan adiknya pingsan ketika melihat dua anak adiknya di tembak. Kekejaman tidak berhenti sampai disitu saja, mereka ditutup dengan selimut dan dibakar. Sebelum pasukan itu pergi dari tempat itu mereka menembak rumah-rumah secara membabi buta. Bisa kita bayangkan betapa mirisnya kejadian tersebut. Namun, itu hanya satu contoh dari sekian banyak kekejaman yang terjadi di dunia Islam.

Minggu, 09 Agustus 2015

asal melayu patani

ORANG MELAYU SEMENANJUNG ASALNYA BERKULIT HITAM?


Rata-rata orang Melayu hari ini berkulit sawo matang atau coklat kemerah-merahan. Warna tersebut seakan-akan warna buah ciku yang sudah masak. Istilah ‘orang Melayu’ yang Penulis Blog maksudkan di sini bukan hanya sekadar meliputi orang Melayu di Malaysia sahaja, tetapi juga orang Melayu yang terdapat di Singapura, Brunei Darussalam, Indonesia, Thailand dan juga Myanmar.
Namun begitu, apakah pendapat anda sekiranya Penulis Blog mengatakan bahawa orang Melayu di Semenanjung Tanah Melayu dahulukala asalnya berkulit hitam?. Penulis Blog yakin, tentu ramai yang tidak percaya! Mungkin ada di kalangan anda yang berfikir seperti ini - ‘bagaimana orang Melayu di Semenanjung Tanah Melayu dahulukala berkulit hitam, sedangkan kita sebagai anak cucu atau keturunan mereka berkulit sawo matang?’. Berikut adalah jawapannya...
Tarikh Patani
Selain bahasa Melayu, manuskrip Tarikh Patani juga
kini boleh didapati dalam bahasa Inggeris dan Thai.
Beberapa bulan yang lepas, Penulis Blog telah menemui dua sumber pensejarahan yang membuktikan bahawa nenek-moyang kita dahulukala asalnya berkulit hitam. Sumber pertama ialah Tarikh Patani - sebuah manuskrip sejarah yang dipercayai dikarang pada sekitar tahun 1500 Masihi oleh Syeikh Safiuddin al-Abassi atau Tuk Raja Faqih, seorang ilmuwan Melayu yang berasal dari negeri Patani Darussalam. Menurut Tuk Raja Faqih di dalam manuskrip Tarikh Patani:-
Adapun orang Melayu (di Langkasuka) waktu itu rupa(nya) hitam-merah
atau hitam manis. Rupanya kecil daripada orang Arab dan (orang) Parsi.”
Potongan ayat di atas menyatakan kepada kita tentang bagaimanakah rupa asal orang Melayu dahulukala di Semenanjung Tanah Melayu, khususnya di Langkasuka serta seluruh tanah jajahannya. Mereka digambarkan sebagai bangsa yang berkulit hitam-merah atau hitam manis. Warna kulit mereka ternyata berbeza daripada warna kulit kita pada hari ini. Jika sumber dari Tarikh Patani belum meyakinkan anda, kita rujuk pula kepada sumber pensejarahan yang kedua.
Zhí Gòng Tú
Ilustrasi yang menggambarkan 12 orang duta
dari pelbagai negara, termasuklah Langkasuka.
Sumber kedua yang Penulis Blog maksudkan ialah Zhí Gòng Tú (职贡图 / 職貢圖). Zhí Gòng Tú bermaksud ‘Potret-potret Persembahan Terbitan Berkala’. Zhí Gòng Tú merupakan satu set lukisan bersejarah rasmi, di mana setiap potret mengandungi gambar atau ilustrasi. Salah satunya telah dihasilkan ketika zaman Maharaja Yuan (508-555 Masihi), salah seorang pemerintah dinasti Liang di tanah besar China.
Pada asalnya, Zhí Gòng Tú yang dihasilkan pada zaman Maharaja Yuan ini mengandungi 25 potret yang menggambarkan duta-duta dari pelbagai negara. Namun begitu, kini hanya tinggal 12 potret sahaja kerana yang selebihnya sudah hilang atau tidak dapat dikesan lagi. Salah sebuah negara yang pernah menghantar duta ke tanah besar China ialah Langkasuka. Buktinya adalah seperti di bawah ini:
Potret yang menggambarkan seorang duta
berkulit hitam (tengah) yang berasal dari Langkasuka.
Apa yang menarik mengenai gambar atau ilustrasi di atas ialah warna kulit duta kerajaan Langkasuka di tanah besar China. Jika diperhatikan, kita akan mendapati bahawa warna kulit duta tersebut ialah hitam. Sumber dari negara China ini telah membuktikan bahawa apa yang diceritakan oleh Tuk Raja Faqih di dalam manuskrip Tarikh Patani itu bukanlah rekaan semata-mata. Sebaliknya, ia adalah fakta sejarah!

Hitam Bertukar Sawo Matang
Empayar Langkasuka dan seluruh tanah jajahannya.
Kini, hanya tinggal satu persoalan yang perlu kita jawab - jika benar orang Melayu dahulukala di Semenanjung Tanah Melayu asalnya berkulit hitam, bagaimana kita sebagai anak cucu atau keturunan mereka boleh berkulit sawo matang?. Jawapan bagi persoalan tersebut ada dinyatakan dengan jelas di dalam Tarikh Patani:
Syahdan, maka adalah ka(h)win nikah tidak ada (di Langkasuka),
sebab itu pun bercampurlah (orang) Hindi (India), dan
 (orang) Cina dan orang Melayu (Langkasuka).
Dan beranak cucu jadi orang campuran.
Dan orang Melayu (di Langkasuka) bercampurlah
keturunan zuriat. Tiada serupa dengan orang-orang Arab.
Adapun orang-orang Arab tidak bercampur. Tetapi (ada segelintir) orang-orang Arab datang ke Langkasuka pun ada bercampur juga. Dan akhirnya adalah keturunan orang Arab (di Langkasuka). Dan begitu juga orang-orang Parsi bercampur juga dengan orang-orang Melayu (Langkasuka).
Dan banyaklah orang-orang Arab datang berniaga dan duduk di negeri Patani (Langkasuka).
Dan orang-orang (Arab) itu bercampur kahwin dengan orang Melayu (Langkasuka).
Dan banyaklah keturunan mereka itu duduk di Patani (Langkasuka).”
Adapun orang-orang Arab dan orang-orang Parsi itu pun banyaklah berkahwin dengan orang Melayu di negeri Patani (Langkasuka). Dan orang Arab dan Parsi mana berkahwin itu bawa isteri (yang berbangsa Melayu) ke negeri China dan Khemir (Khmer) kerana berniaga ke negeri tersebut.”
Adapun Raja Seri Wijaya (Maharaja Srivijaya) mula masuk
 (ke negeri) Langkasuka itu (lalu) berkahwin dengan anak
Raja Langkasuka. Dan (men)dapat anaknya
 (yang) bernama (Raja) Bangsa.”

 “Syahdan, adapun seorang puteri Raja Senggora (Raja Sanjura) itu
sangat-sangat cantik rupanya. Maka adalah saudagar orang Parsi
minta berkahwin (dengan puteri Raja Sanjura itu). Maka Raja Antirata,
raja negeri Patani (Langkasuka) (itu) pun mintalah (kepada Raja Sanjura).
Maka akhirnya berkahwin(lah) anak saudagar Parsi (itu) dengan
puteri Raja Senggora (Raja Sanjura) itu. Nama anak
saudagar Parsi itu (ialah) Sulaiman Syah.
Semua perenggan ayat di atas telah membuktikan bahawa nenek-moyang kita dahulukala sudah mengamalkan perkahwinan campur dengan pelbagai bangsa asing seperti India, Cina, Parsi, Arab, Khmer serta Melayu Srivijaya dari Sumatera. Hasil dari perkahwinan campur inilah, lahirnya kita semua hari ini yang memiliki warna kulit sawo matang atau coklat kemerah-merahan.
Mungkinkah rupa asal nenek-moyang orang Melayu
di Semenanjung Tanah Melayu seperti ini?
Menurut Tarikh Patani juga, perkahwinan campur di antara orang Melayu Langkasuka dengan bangsa asing dipercayai telah berlaku sebelum kelahiran Nabi Isa A.S lagi. Berikut adalah petikan ayat yang membuktikannya:
Inilah kisah riwayat hikayat Raja Langkasuka.
Raja (me)merintah hukumah (kerajaan) ini agamanya Hindu dan Brahman.
Ibu ‘ashimah (ibu kota) (terletak) di negeri Kedah waktu sekarang.
Kita, nahnu (kami), tiada tahu bila mula,
lakin (tetapi) kata setengah-setengah orang tua,
(se)belum Nabi ‘Isa anak Mariam zahir (lahir), 
orang-orang Cina (sudah) datang bertijarah (berdagang) di negeri ini.”
Perenggan ayat di atas telah membuktikan bahawa amalan perkahwinan campur di antara penduduk pribumi Langkasuka dengan bangsa asing telah pun berlaku sejak lebih dari 2,000 tahun dahulu. Ini secara tidak langsung telah mempengaruhi warna kulit orang Melayu di Semenanjung Tanah Melayu, yakni daripada warna asalnya (hitam) kepada warna sawo matang.
Sebelum mengakhiri topik ini, Penulis ingin membuat EMPAT kesimpulan berdasarkan bukti-bukti pensejarahan di atas iaitu:
  1. Nenek-moyang orang Melayu di Semenanjung Tanah Melayu pada asalnya berkulit hitam.
  2. Orang Melayu di Semenanjung Tanah Melayu telah mengamalkan perkahwinan campur dengan pelbagai bangsa asing sejak lebih dari 2,000 tahun dahulu, yakni sebelum kelahiran Nabi Isa A.S lagi.
  3. Orang Melayu di Kepulauan Sumatera dan Kepulauan Borneo sememangnya berkulit sawo matang sejak dari dahulu lagi. Ini membuktikan bahawa mereka TIDAK serumpun dengan orang Melayu di Semenanjung Tanah Melayu yang pada asalnya berkulit hitam.
  4. Ini sekaligus membuktikan bahawa orang Melayu di Semenanjung Tanah Melayu BUKANlah kaum pendatang dari Kepulauan Indonesia, sepertimana yang didakwa oleh pihak-pihak tertentu. Sebaliknya, orang Melayu (dan juga masyarakat Orang Asli) adalah penduduk asal di bumi Semenanjung yang bertuah ini.
Sumber Rujukan
  • Pensejarahan Patani.
  • Tarikh Patani.
  • Zhí Gòng Tú (Potret-potret Persembahan Terbitan Berkala - Dinasti Liang).
  • Laman web Pusat Rujukan Persuratan Melayu @ DBP.